PENGARUH MUDIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Mudik lebaran merupakan fenomena sosial, budaya, dan ekonomi yang secara rutin dilakukan oleh masyarakat Indonesia setiap tahun. Kegiatan pulang ke kampung halaman menjelang Idul Fitri telah menjadi tradisi yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Berita mengenai mudik selalu menghiasi media elektronik dan cetak dari berbagai daerah di Indonesia. Setiap tahun, terjadi peningkatan jumlah pemudik seiring dengan bertambahnya migrasi penduduk. Aktivitas mudik lebaran telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga dianggap sebagai kewajiban yang harus dipenuhi menjelang Idul Fitri. Selain itu, peristiwa mudik juga menjadi ciri khas yang dilaksanakan setahun sekali. Mudik mencerminkan perilaku masyarakat yang melakukan urbanisasi, di mana perpindahan individu dari satu lokasi ke lokasi lain bertujuan untuk mencari pekerjaan guna memenuhi kebutuhan ekonomi. Urbanisasi sering kali dipicu oleh ketimpangan demografis yang dirasakan di berbagai negara, terutama terkait dengan kondisi ekonomi. Perpindahan dari desa ke kota sering kali didorong oleh rendahnya perekonomian dan pendapatan di desa, di mana pengangguran tinggi dan pelatihan keterampilan sangat terbatas, sehingga daya tarik kota menjadi faktor penentu masa depan.

Pertumbuhan ekonomi modern yang diungkapkan oleh Walt Whitman Rostow. Rostow mengemukakan pandangannya bahwa faktor pertumbuhan ekonomi salah satunya dipengaruhi oleh Konsumsi Tinggi dimana saat sektor industri memimpin dan pendapatan per kapita riil terus meningkat sehingga konsumsi masyarakat juga meningkat. Selain itu, indikator sektor riil juga menjadi factor lain dalam ketahanan ekonomi dan optimisme masyarakat, tecermin dari Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur yang telah kembali ke level ekspansi (Januari 2025 sebesar 51,9), Indeks Keyakinan Konsumen terus optimis dan berada di level 121,1, serta Indeks Penjualan Riil masih tumbuh positif (Indonesia.go.id/febr 2025). Dimana komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh seiring meningkatnya aktivitas dan mobilitas rumah tangga. “Peningkatan mobilitas masyarakat itu tercatat BPS paling tinggi dari naiknya lalu lintas komunikasi, jumlah penumpang angkutan rel, angkutan laut, serta angkutan udara,”.

Kegiatan pemudik setelah sampai pada kota tujuan bukan hanya untuk bersilaturahmi belaka, disamping meramikan bazar ramadhan, bakti sosial, sedekah juga melakukan wisata lokal, museum dan kuliner dikutip dari Tempo 26 Maret 2025. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan badan kebijakan transportasi, pusat statistik, Kementerian Perhubungan dan akademisi, jumlah pemudik diperkirakan hanya 146,48 juta orang atau sekitar 52% dari penduduk Indonesia. Angka itu turun 24% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik. Perkiraan perputaran uang selama Idul Fitri 2024 mencapai Rp 157,3 triliun, maka dengan penurunan jumlah pemudik perkiraan perputaran uang selama masa Idul Fitri 2025 diprediksi hanya mencapai Rp 137,975 triliun (26 maret 2025 CNBC Indonesia).

Penurunan jumlah pemudik yang terjadi bisa kita kaitkan dengan munurunya pendapatan masyarakat terkait adanya gelombang PHK yang terjadi pada awal tahun ini, dimana pada Januari-Maret perusahaan besar seperti Sritex, Yamaha, hingga Nike melakukann pemutusan kerja, Sritex sendiri melakukan PHK total seluruhnya lebih dari 9.000 karyawan, Yamaha juga melakukan PHK sekitar 1.100 karyawannya dengan alasan relokasi ke Cina dan Nike sebanyak 2.400 karyawan karena penurunan permintaan barang mereka (13 Maret 2025 Kompas).

Dari data-data tersebut diatas dapat kita jabarkan bahwa tradisi mudik membawa dampak positif pada perekonomian daerah yang dituju pemudik dengan meningkatnya aktivitas ekonomi melalui perpindahan dana dari kota-kota besar ke kampung halaman para pemudik. Para pemudik tidak hanya membawa keluarganya, tetapi mereka juga membawa tabungannya untuk dibelanjakan, berlibur dan sosial, sehingga konsumsi dan perputaran uang yang biasanya terkonsentrasi di pusat ekonomi kota menjadi lebih merata. Dampaknya dari peristiwa ini bersifat sementara, tradisi ini tetap menjadi wadah pemerataan ekonomi yang memberikan stimulus bagi daerah, pelaku usaha, dan masyarakat setempat yang dapat memanfaatkan momentum mudik dan lebaran untuk meningkatkan pendapatan.

Posting Komentar

0 Komentar